Kamis, 22 Oktober 2015

Teknologi di Masa Depan

Teknologi di Tahun 2050

Heyy guys!! Disini saya mau menceritakan pandangan saya tentang harapan bagi semua orang tentang teknologi. Mari kita simak...

Jika anda mendengar kata TEKNOLOGI, apa sih yang terbesit dalam fikiran anda? Pastinya sebuah alat yang bisa memudahkan manusia dalam segala urusannya. Nyatanya, arti kata Teknologi sebenarnya adalah sebuah sarana untuk menyediakan barang yang diperlukan bagi kelangsungan manusia.
 
Jika kita berbicara tentang jaman dahulu, manusia harus mengerjakan semua dengan cara manual. Contohnya saja dalam segi komunikasi, manusia jaman dahulu jika ingin berkomunikasi dengan teman ataupun keluarga yang jauh, maka salah satu cara untuk bisa berkomunikasi pada jaman itu adalah dengan cara mengirim surat. 
 
Lalu bagaimana dengan jaman sekarang? Jaman sekarang yang modern seperti ini, sudah tidak usah repot-repot mengirim surat untuk melakukan komunikasi. Sekarang kita sudah hidup di era-Modern, kita disuguhkan dengan Teknologi yang canggih untuk melakukan komunikasi, contohnya saja HP/Gadget. Manusia tidak perlu repot-repot mengirim surat melalui pos yang akan memakan waktu yang lama, dengan adanya HP/Gadget ini dapat memudahkan anda berkomunikasi . Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa Teknologi jaman sekarang sangat ramai di produksi oleh negara-negara maju, seperti Amerika, Rusia, Jepang, dll. Negara tersebut berbondong-bondong untuk menciptakan sebuah karya teknologi canggih lainnya.
Nah, terus apakah anda berfikir bagaimana Teknologi dimasa yang akan datang? Begini guys, saya akan sedikit memperkirakan bagaimana sih bentuk Teknologi dimasa yang akan datang.

Terfikir dalam benak saya, di tahun 2050 nantinya akan ada sebuah teknologi yang lebih canggih lagi dari pada teknologi yang ada pada sekarang ini. Contohnya saja, dalam kehidupan sekarang ini yang serba sibuk membuat semua orang malas akan "membersihkan" rumahnya. Nah, disini saya berfikir bisa saja para ilmuan akan menciptakan sebuah alat yang dapat membuat rumah berkerja untuk membersihkan ruangan secara otomatis.

Contoh lainnya saja, di jaman sekarang jarak membuat semua orang harus menempuh perjalanan yang jauh. Apakah kalian tahu dengan Film Tomorroland? Di film ini terdapat sebuah alat canggih yang dapat membuat orang berpindah tempat secara seketika. Nama alatnya "Teleportasi". Alat seperti ini bisa saja hadir dikehidupan kita, karena alat seperti ini keren bangettt loh kalo benar-benar ada dan dapat terealisasikan.

Walaupun, Teknologi diciptakan bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia, akan tetapi kita tidak boleh sepenuhnya bergantung kepada teknologi tersebut. Karena hal tersebut bisa membuat manusia menjadi tidak produktifitas lagi. Jadi, gunakanlah Teknologi itu sesuai dengan kebutuhan kita, jangan terlalu dimanjakan dengan Teknologi ya Guyss!!

Rabu, 14 Oktober 2015

Jenis Dan Kasus Alih Teknologi di Indonesia

1. Foreign Direct Investment
 
Foreign Direct Investment, yaitu investasi jangka panjang yang ditanamkan oleh perusahaan asing. Investor memegang kendali atas pengelolaan aset dan produksi. Untuk menarik minat investor asing, Negara Dunia Ketiga menjalankan berbagai kebijakan seperti liberalisasi, privatisasi, menjaga stabilitas politik, dan meminimalkan campur tangan pemerintah. Padahal, kepemilikan asing atas modal sama saja dengan membentangkan jalan lebar menuju keuntungan dan pelayanan bagi korporasi transnasional. Mereka mengeksploitasi banyak keuntungan dengan resiko yang ditanggung oleh Negara Dunia Ketiga.

Contoh Kasus dari FDI (Foreign Direct Investment)

Kasus yang paling menonjol adalah ketika minum Aqua (74% sahamnya dikuasai perusahaan Danone asal Prancis). Tahun 1997, akibat terjadinya krisis moneter, PT Aqua mencatat pertumbuhan dibawah 30%. Hal itu disebabkan perusahaan hanya menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7.8 milyar atau turun sebesar 25% dibandingkan dengan tahun 1996. Selain itu, pendapatan perusahaan juga turun sebesar 23% dari Rp 220.8 milyar menjadi Rp 179.4 milyar di tahun 1996 (Financial Highlight Aqua, 1997).
Oleh karena itulah, PT Aqua memutuskan untuk menjual sebagian sahamnya kepada investor asing dalam hal ini adalah French Danone, dengan jalan melakukan akuisisi saham. Akuisisi saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, akibatnya muncul perusahaan induk dan perusahaan anak (Floyd A.Beams, 2000:2).
Pengambil alihan itu sempat menggemparkan banyak pihak, pasalnya Aqua merupakan perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang memiliki jumlah penjualan terbanyak dan paling terkenal. Bagi Danone, Aqua jelas merupakan AMDK yang menguntungkan. Terbukti produksi Aqua langsung menyumbang sekitar 12% dari total volume produksi air minum Danone di seluruh dunia. Dengan pangsa 50%, kini Aqua menjadi pemimpin pasar AMDK di Indonesia. Akuisisi saham Danone pada PT Aqua di tahun 1998 hanya sebesar 40% dan saat itulah merupakan titik awal perkembangan pesat PT Aqua, di mana PT Aqua mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 19 milyar atau bertambah 143% dari tahun sebelumnya.

2.Joint Ventures

Joint Ventures, yaitu kerjasama (partnership) antara perusahaan yang berasal dari negara yang berbeda dengan tujuan mendapat keuntungan. Dalam model seperti ini, kepemilikan diperhitungkan berdasarkan saham yang dimiliki. Jenis alih teknologi ini menjadi menarik sebab perusahaan-perusahaan asing dapat menghindari terjadinya nasionalisasi atas perusahaan.

Contoh kasus Joint Ventures di Indonesia 

Perusahaan Telkom Indonesia dan Telstra telah merampungkan sebuah kesepakatan perusahaan patungan (Joint Venture) untuk menyediakan solusi  terintegrasi mulai dari jaringan hingga aplikasi dan layanan di atasnya (Network Application and Services - NAS) bagi perusahaan Indonesia, perusahaan multi-nasional dan perusahaan Australia yang beroperasi di Indonesia.
NAS yang akan disediakan oleh Joint Venture ini akan mendukung kelangsungan bisnis, efisiensi operasional, peningkatan produktifitas serta melindungi informasi bisnis sehingga memudahkan perusahaan untuk lebih fokus terhadap bisnis serta pelanggan utamanya.
Global Enterprise dan Services Group Executive Telstra, Brendon Riley, mengatakan bahwa Joint Venture ini menyatukan dua penyedia layanan telekomunikasi dan layanan enterprise terkemuka di kawasan ini ke dalam sebuah strategic partnership untuk memberikan NAS bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

3. Licensing Agreements
 
Licensing Agreements, yaitu izin dari sebuah perusahaan kepada perusahaan-perusahaan lain untuk menggunakan nama dagangnya (brand name), merek, teknologi, paten, hak cipta, atau keahlian-keahlian lainnya. Pemegang lisensi harus beroperasi di bawah kondisi dan ketentuan tertentu, termasuk dalam hal pembayaran upah dan royalti. Biasanya cara ini digunakan oleh perusahaan asing dengan mitra Negara Dunia Ketiga. Cara ini adalah yang paling memungkinkan terjadinya alih pembayaran atau larinya modal dari Negara Dunia Ketiga kepada perusahaan-perusahaan asing.

Contoh Kasus Licensing Agreements di Indonesia

Pemberian lisensi hak cipta dan merek minuman penyegar Cap Kaki Tiga dari perusahaan Singapura Wen Ken Drug Company kepada perusahaan nasional PT Sinde Budi Sentosa. Perjanjian lisensi yang dibuat tahun 1978 tersebut kemudian diakhiri secara sepihak oleh Wen Ken pada tahun 2008 dan diikuti dengan beberapa sengketa HKI antara Wen Ken dengan Sinde, salah satunya adalah sengketa hak cipta atas Logo Cap Kaki Tiga dan Lukisan Badak. Mahkamah Agung dengan Putusan No. 104 PK/PDT.SUS/2011 memberikan hak cipta atas Logo Cap Kaki Tiga dan Lukisan Badak pada Sinde selaku penerima lisensi, dan menyatakan bahwa logo tersebut merupakan ciptaan bersama antara Wen Ken, Sinde, dan Budi Yuwono. MA tidak mengakui Wen Ken selaku pemberi lisensi sebagai satu-satunya Pemegang Hak Cipta atas logo tersebut. Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan MA dalam putusannya adalah karena Wen Ken tidak memiliki bukti pendaftaran hak cipta atas logo tersebut, baik di negara asalnya Singapura maupun di negara-negara lain.

 4.Turnkey Projects

Turnkey Projects, yaitu membangun infrastruktur dan konstruksi yang diperlukan perusahaan asing untuk menyelenggarakan proses produksi di Negara Dunia Ketiga. Bila segala fasilitas telah siap dioperasikan, perusahaan asing menyerahkan ‘kunci’ kepada perusahaan domestik atau organisasi lainnya. Perusahaan asing juga menyelenggarakan pelatihan pekerja dalam negeri agar suatu saat dapat mengambil alih segenap proses produksi yang dibutuhkan. Kecil kemungkinan terjadi alih teknologi sebab perusahaan domestik hanya bisa mengoperasikan tanpa mengerti kepentingan pengembangan teknologi tersebut.

Selasa, 06 Oktober 2015

Konglomerasi Media


Konglomerasi Media adalah penggabungan suatu perusahaan media menjadi perusahaan yang lebih besar, yang memimpin banyak media dalam satu kepemimpinan. Konglomerasi ini dilakukan dengan cara korporasi, dimana beberapa perusahaan media bergabung dalam satu kepemimpinan yang bertujuan untuk tercapainya visi dan misi bersama. Konglomerasi ini dapat dibentuk dengan cara kepemilikan usaha, joint venture/merger, atau pendirian kartel komunikasi dalam skala besar. Dan konglomerasi media sendiri pertama kali dilakukan oleh Rupert Murdoch. 

Mengenal lebih jauh tentang Rupert Murdoch

Pria kelahiran 11 Maret 1931 di Australia ini  memulai perjuangannya di Adelaide, Australia. Keith Rupert Murdoch adalah putra tunggal Sir Keith Murdoch dan Elisabeth Joy. Ketika itu, Murdoch adalah seorang pemilik surat kabar terpandang yang berbasis di Melbourne.
Sebagai putra tunggal, ia dibesarkan untuk meneruskan kerja keras sang ayah. Maka Rupert pun disekolahkan di Geelong Grammar School yang dilanjutkan di Worcester College, University Oxford, Inggris.

Saat ia berusia 21 tahun, ayahnya tutup usia. Rupert pun pulang ke Australia pada 1953 dan langsung menjadi Direktur News Limited. Namun ambisi Rupert ternyata lebih besar, sebab ia langsung fokus pada rencana-rencana akuisisi dan ekspansi.
Dalam hitungan tahun, Rupert menjadi orang terpandang yang sukses menaklukkan surat kabar Negara Bagian New South Wales, Queensland, Victoria dan Northern Territory, dan hampir seluruh media besar telah ia miliki.



Pada 1964, Rupert sudah merambah ke luar negeri dengan membeli surat kabar terlaris di Selandia Baru. Ambisinya makin besar, setelah sukses menaklukkan tabloid besar Inggris, News of the World serta harian The Sun.
Rupert pun mengukuhkan cengkeramannya di tanah Inggris dengan merambah ke dunia politik. Pria yang telah menikah tiga kali dan dikaruniai enam anak ini dikenal sebagai salah satu pendukung vokal Partai Buruh dan pemimpinnya, mantan PM Inggris Margaret Thatcher.
Tak puas dengan media cetak, Rupert membeli televisi satelit berbasis di Inggris, Sky Television, serta membalikkan aktivitas perusahaan dari rugi ke laba. Tanah Inggris ternyata belum memuaskan baginya, maka Rupert menginjakkan kaki ke Amerika.
San Antonio Express-News menjadi media Amerika pertama yang dikuasai Rupert. Ia kemudian mendirikan tabloid supermarket Star dan akhirnya, Rupert kian sukses di Amerika dengan membeli New York Post. Langkah Rupert terhambat saat pasar bebas Amerika tenyata tak sebebas perkiraannya. Saat ia ingin merambah ke stasiun televisi Amerika, pemerintah memberi syarat bahwa ia harus menjadi warga negara Amerika. Demi ambisi bisnisnya, Rupert mengajukan diri menjadi warga negara Amerika dan hal tersebut diterima oleh pemerintah Amerika. Maka pada 2985, ia membeli studio film Century Fox. Dan beberapa tahun berikutnya, enam stasiun televisi milik Metromedia beralih ke tangan Rupert Murdoch. Hal inilah menjadi cikal bakal kerajaan media Amerika miliknya yang bernama Fox Broadcasting Company, yang didirikan pada 9 Oktober 1986. Berdasarkan daftar Forbes pada 2010, Rupert adalah orang terkaya ke-38 di Amerika dan ke-117 di seluruh dunia. Jumlah kekayaannya diperkirakan mencapai USD6,2 miliar.

Bentuk Konglomerasi Media di Indonesia

Konglomerasi media yang telah dilakukan oleh Rupert Murdoch, ternyata membuat semua perusahaan media mencoba untuk memperbesar cakupan perusahaannya. Tak hanya negara di Eropa saja yang mencoba untuk melakukan konglomerasi media namun di Indonesia hal ini juga sudah mulai lama terjadi. Berikut beberapa  perusahaan group media di Indonesia :
  1. PT Media Nusantara Citra, Tbk (MNC)Hary Tanoesoedibjo merupakan Presiden Direktur MNC Group. Dalam perusahaannya ini Hary memiliki beberapa perusahaan media televisi yang berada dalam MNC Group, seperti RCTI (PT Rajawali Citra Televisi Indonesia) , TPI (PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia), dan Global TV (PT Global Informasi Bermutu).
  2. PT Bakrie Brothers (Group Bakrie)
    Perusahaan Group Bakrie yang dipimpin oleh Anindya N. Bakrie merupakan anak menteri da
    n pengusaha kontroversial, Aburizal Bakrie. Group Bakrie ini membawahi ANTV (PT Cakrawala Andalas Televisi) yang kini berbagi saham dengan STAR TV (News Corps., menguasai 20% saham) dan Lativi (PT Lativi Media Karya). 
  3. PT Trans Corpora (Grup Para) Grup ini membawahi Trans TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) dan Trans-7 (PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh)
  4. PT Surya Citra Media (SCM)Group SCM ini didirikan oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Pada awal Mei 2013, PT Indosiar Karya Media resmi bergabung kedalam SCM
  5. PT Media Televisi Indonesia
    Perusahaan media ini didirikan oleh Surya Dharma Paloh. PT Media Televisi Media ini resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. Media Group ini juga memiliki Media Indonesia dan Lampung Post